Waktu masih menunjukkan pukul 5.45 pagi, namun suara bising dari suami yang bersiap-siap untuk mengajak gowes terasa mengganggu gendang telinga. Mata yang tadinya mau tidur lagi setelah sholat Subuh jadi terasa susah merem..hehe. Dari luar kamar sudah terdengar suara sepeda angin yang di keluarkan dari garasi.

"5...4...3...2......."

" Mah..ayo, sudah siang nih...kita jadi bersepeda ke Kenjeran watu-watu kan..." teriak suami

" Tuh kan, pas banget hitungannya..."

" Oke siap...ganti kostum dulu" sahutku

Wow...., ketika keluar kamar tidur, ternyata suami sudah bener-bener siap meluncur, bahkan sudah pakai sepatu. Bergegas aku mengambil sepatu dari tempatnya dan memakainya. Memang, ide bersepeda ke kawasan Kenjeran Watu-Watu ini adalah ideku. Ini termasuk ideku yang paling radikal, gimana tidak, kalau melihat dari gogle map, ternyata perjalanan dari rumah Gunung Anyar menuju ke Kenjeran Watu-Watu ini adalah 19kilometer. Padahal selama ini perjalanan gowes paling jauh adalah setengah dari itu, itupun sudah pulang - pergi. Jadi agak menyesal juga.. Namun apapun, kalau sudah terucap harus di jalani, nasi sudah menjadi bubur, ga mungkin di rubah jadi nasi goreng kan..hehe.

Tepat pukul 05.00 pagi kami meluncur. Hawa dingin akibat hujan deras kemarin sore masih sedikit terasa, sehingga membuat badan terasa bener-bener sejuk. Rute perjalanan yang kita ambil ini sebenarnya simple, dari Wiguna, menuju ke jalan Ir.Sukarno (Merr), terus melaju hingga ke kawasan Kenjeran.

Masih sepi dan sejuk

Sebenarnya lewat jalur Merr ini cukup enak, tinggal lurus aja, namun hambatannya adalah saat melintasi jembatan. Kayuhan pedalnya terasa makin berat, karena tanjakan. Apalagi aku terkenal malas untuk mengubah-ubang posisi gir sepeda. Untungnya ketika aku terlihat kepayahan, suami langsung mendorong sepedaku dari belakang..hehe..so sweet ya...

Setelah menempuh perjalanan kurang- lebih satu setengah jam, akhirnya kami sampai juga di kawasan Kenjeran. Tips yang bisa saya berikan pada perjalanan ke kawasan Kenjeran adalah, siapkan minum dari rumah, jangan seperti saya yang mengharapkan Indomart...ternyata belum banyak yang buka kalau pagi. Terpaksa menahan haus pagi-pagi.

Silau Men...

Perjalanan yang sudah di ambang kelelahan ini , langsung menjadi fit lagi setelah melihat Jembatan Suroboyo dari kejauhan. Tapi entah mengapa saat ini Jembatan Suroboyo tidak beroperasi lagi air mancur menarinya dan masih tertutup buat kendaraan bermotor. Untungnya saya makai sepeda, jadi masih bisa selfie-selfie di tengah jembatan seperti ini..hehe.

Sudah ganti kostum

Setelah puas berada di atas Jembatan Suroboyo, kami berdua langsung melaju ke Kenjeran Watu-Watu. Sesampainya di sana, kami langsung memasukkan sepeda ke dalam pagar yang berlubang, tepatnya di dekat pintu air. Dari sini bisa terlihat Patung Suroboyo yang masih dalam tahap pembangunan dan Jembatan Suromadu yang cukup megah. Namun sayangnya lautnya sedang surut, sehingga terlihat tanahnya yang berlumpur.

Ramai...

Cukup lama kami berdua menghabiskan waktu di sini, karena matahari sudah cukup tinggi, akhirnya kami memutuskan untuk segera pulang. Kalau melintas di Kenjeran, pasti kita akan sering melihat hasil olahan ikan laut. Ketika melintas di salah satu penjual ikan asap, cukup penasaran juga, karena dagangannya cuku laris sampai di kerubuti oleh banyak pembeli. Rasa penasaran akhirnya menjadi rasa lapar...dan akhirnya pula jadi deh setengah kilo ikan pari asap di bawa pulang. Lumayan buat makan siang. Sebenarnya waktu lewat di depan toko aneka kerupuk dan ikan asin, sempat tergoda juga. Namun karena melihat sepeda suami sudah ada keresek yang bergelantungan, jadi kasihan juga dan harus memendam rasa untuk merasakan gurihnya kerupuk Kenjeran.

Sarapan Sehat

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam, akhirnya kami sampai juga di kawasan Gunung Anyar lagi. Tidak lupa kami membeli sarapan sehat untuk makan pagi hari ini, yaitu pisang cavendis.